Old school Easter eggs.
Lambang diknas tutwuri handayani

SEKOLAH DASAR NEGERI SIKALONDANG
KECAMATAN SIMPANG KIRI
KOTA SUBULUSSALAM, PROVINSI ACEH

TANGGAL :
Sepuluh kesalahan dalam mendidik anak

Kesalahan2Bdalam2Bmendidik2Banak

BismillaaHir Rahmaanir Rahiim Assalamu'alaykum
wa RahmatullaHi wa BarakatuHu
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allahu Ta'ala.
kita memujiNya meminta pertolongan kepadaNya
dan memohon ampunanNya, serta berlindung kepada Allah
dari kejelekan diri diri kita dan dari kejahatan
amalan amalan kita. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk padanya,
maka tiada yang dapat menyesatkannya.
Amma ba'du

SEPULUH KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK
Oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd

Anak adalah amanah bagi kedua orang tuanya. Maka,
kita sebagai orang tua bertanggung jawab terhadap amanah ini.
Tidak sedikit kesalahan dan kelalaian dalam mendidik anak
telah menjadi fenomena yang nyata. Sungguh merupakan
malapetaka besar ; dan termasuk menghianati amanah Allah.
Adapun rumah, adalah sekolah pertama bagi anak.
Kumpulan dari beberapa rumah itu akan membentuk
sebuah bangunan masyarakat. Bagi seorang anak,
sebelum mendapatkan pendidikan di sekolah dan masyarakat,
ia akan mendapatkan pendidikan di rumah dan
keluarganya.
Ia merupakan prototype kedua orang tuanya dalam berinteraksi sosial.
Oleh karena itu, disinilah peran dan tanggung jawab orang
tua, dituntut untuk tidak lalai dalam mendidik anak-anak.

BAHAYA LALAI DALAM MENDIDIK ANAK
Orang tua memiliki hak yang wajib dilaksanakan oleh anak-anaknya.
Demikian pula anak, juga mempunyai hak yan wajib
dipikul oleh kedua orang tuanya.
Disamping Allah memerintahkan kita untuk berbakti
kepada kedua orang tua. Allah juga memerintahkan kita
untuk berbuat baik (ihsan) kepada anak-anak serta
bersungguh-sungguh dalam mendidiknya.
Demikian ini termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah.
Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk
perbuatan khianat terhadap amanah Allah. Banyak
nash-nash syar'i yang mengisyaratkannya.

Allah berfirman.
"Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya" [An-Nisa : 58]

"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhamamd) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui" [Al-Anfal : 27]


Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban terhadap yang dipimpin. Maka,
seorang imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah
pemimpin bagi keluarganya dan bertanggung jawab
terhadap yang dipimpinnya" [Hadits Riwayat Al-Bukhari]

"Artinya : Barangsiapa diberi amanah oleh Allah untuk memimpin
lalu ia mati (sedangkan pada) hari kematiannya dalam keadaan
mengkhianati amanahnya itu, niscaya Allah mengharamkan sorga bagianya" [Hadits Riwayat Al-Bukhari]


SEPULUH KESALAHAN DALAM MEDIDIK ANAK
Meskipun banyak orang tua yang mengetahui,
bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab
yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai
dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan
masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap
perkembangan anak-anaknya. Baru kemudian, ketika anak-anak berbuat
durhaka, melawan orang tua, atau menyimpang dari
aturan agama dan tatanan sosial, banyak orang tua mulai
kebakaran jenggot atau justru menyalahkan anaknya.
Tragisnya, banyak yang tidak sadar, bahwa sebenarnya
orang tuanyalah yang menjadi penyebab utama
munculnya sikap durhaka itu.
Lalai atau salah dalam mendidik anak itu bermacam-macam bentuknya ;
yang tanpa kita sadari memberi andil munculnya
sikap durhaka kepada orang tua, maupun kenakalan remaja.
Berikut ini sepuluh bentuk kesalahan yang sering dilakukan
oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya.


[1]. Menumbuhkan Rasa Takut Dan Minder Pada Anak

Kadang, ketika anak menangis, kita menakut- nakuti mereka
agar berhenti menangis. Kita takuti mereka dengan gambaran hantu, jin,
suara angin dan lain-lain. Dampaknya, anak akan tumbuh
menjadi seorang penakut : Takut pada bayangannya sendiri,
takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu
ditakuti.
Misalnya takut ke kamar mandi sendiri, takut tidur sendiri
karena seringnya mendengar cerita-cerita tentang hantu, jin dan lain-lain.
Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan
rasa takut kepada dirinya sendiri. Atau misalnya, kita khawatir ketika
mereka jatuh dan ada darah di wajahnya, tangan atau lututnya.
Padahal semestinya, kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman
menghadapi ketakutan anak tersebut. Bukannya justru menakut-nakutinya,
menampar wajahnya, atau memarahinya serta
membesar-besarkan masalah. Akibatnya,
anak-anak semakin keras tangisnya, dan akan terbiasa
menjadi takut apabila melihat darah atau merasa sakit.


[2]. Mendidiknya Menjadi Sombong, Panjang Lidah, Congkak Terhadap Orang Lain.

Dan Itu Dianggap Sebagai Sikap Pemberani. Kesalahan ini
merupakan kebalikan point pertama. Yang benar ialah bersikap
tengah- tengah, tidak berlebihan dan tidak dikurang-
kurangi. Berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak
kepada orang lain. Tetapi, sikap berani yang selaras tempatnya
dan rasa takut apabila memang sesuatu itu harus ditakuti.
Misalnya : takut berbohong, karena ia tahu, jika Allah tidak suka kepada
anak yang suka berbohong, atau rasa takut kepada binatang buas
yang membahayakan. Kita didik anak kita untuk berani dan tidak
takut dalam mengamalkan kebenaran.


[3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya- foya, Bermewah-mewah Dan Sombong.

Dengan kebiasaan ini, sang anak bisa tumbuh menjadi anak
yang suka kemewahan, suka bersenang-senang. Hanya mementingkan
dirinya sendiri, tidak peduli terhadap keadaan orang lain.
Mendidik anak seperti ini dapat merusak fitrah, membunuh
sikap istiqomah dalam bersikap zuhud di dunia, membinasakah
maru'ah (harga diri) dan kebenaran.


[4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak.

Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai
dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya si anak minta tas baru yang sedang
trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru.
Hal ini hanya akan menghambur-hamburkan uang. Kalau anak terbiasa
terpenuhi segala permintaanya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak
yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah.
Serta mereka akan menjadi orang yang tidak bisa membelanjakan uangnya dengan baik.


[5]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak,

Ketika Menangis, Terutama Anak Yang Masih Kecil. Sering terjadi,
anak kita yang masih kecil minta sesuatu. Jika kita menolaknya karena suatu
alasan, ia akan memaksa atau mengeluarkan senjatanya, yaitu menangis.
Akhirnya, orang tua akan segera memenuhi permintaannya
karena kasihan atau agar anak segera berhenti menangis.
Hal ini dapat menyebabkan sang anak menjadi
lemah, cengeng dan tidak punya jati diri.


[6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, Melebihi Batas Kewajaran.

Misalnya dengan memukul mereka hingga memar, memarahinya
dengan bentakan dan cacian, ataupun dengan cara-cara keras lainnya.
Ini kadang terjadi ketika sang anak sengaja berbuat salah.
Padahal ia (mungkin) baru sekali melakukannya.


[7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran

Ada juga orang tua yang terlalu pelit kepada anak-anaknya,
hingga anak-anaknya merasa kurang terpenuhi kebutuhannya.
Pada akhirnya mendorong anak-anak itu untuk mencari uang sendiri
dengan bebagai cara. Misalnya : dengan mencuri, meminta-minta pada orang lain,
atau dengan cara lain. Yang lebih parah lagi, ada orang tua
yang tega menitipkan anaknya ke panti asuhan untuk mengurangi beban dirinya.
Bahkan, ada pula yang tega menjual anaknya, karena merasa
tidak mampu membiayai hidup. Naa'udzubillah mindzalik


[8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka,

Sehingga Membuat Mereka Mencari Kasih Sayang Diluar Rumah
Hingga Menemukan Yang Dicarinya. Fenomena demikian ini banyak terjadi.
Telah menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas -
waiyadzubillah-. Seorang anak perempuan misalnya, karena tidak
mendapat perhatian dari keluarganya ia mencari perhatian
dari laki- laki di luar lingkungan keluarganya. Dia merasa senang
mendapatkan perhatian dari laki-laki itu, karena sering memujinya,
merayu dan sebagainya. Hingga ia rela menyerahkan
kehormatannya demi cinta semu.


[9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja.

Banyak orang tua yang mengira, bahwa mereka telah memberikan
yang terbaik untuk anak-anaknya. Banyak orang tua merasa telah
memberikan pendidikan yang baik, makanan dan minuman yang
bergizi, pakaian yang bagus dan sekolah yang berkualitas.
Sementara itu, tidak ada upaya untuk mendidik anak-anaknya
agar beragama secara benar serta berakhlak mulia. Orang tua lupa,
bahwa anak tidak cukup hanya diberi materi saja. Anak-anak
juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Bila kasih sayang
tidak di dapatkan dirumahnya, maka ia akan mencarinya dari orang lain.


[10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak- Anaknya

Ada sebagian orang tua yang selalu berprasangka baik kepada anak-anaknya.
Menyangka, bila anak-anaknya baik-baik saja dan merasa tidak perlu ada
yang dikhawatirkan, tidak pernah mengecek keadaan anak-anaknya,
tidak mengenal teman dekat anaknya, atau apa saja aktifitasnya.
Sangat percaya kepada anak-anaknya. Ketika tiba-tiba, mendapati
anaknya terkena musibah atau gejala menyimpang, misalnya terkena narkoba,
barulah orang tua tersentak kaget. Berusaha menutup-nutupinya
serta segera memaafkannya. Akhirnya yang tersisa
hanyalan penyesalan tak berguna.


Demikianlah sepuluh kesalahan yang sering dilakukan orang tua. Yang mungkin kita juga
tidak menyadari bila telah melakukannya.





HOME

DILARANG MEMBAJAK ISI DIDALAM SITUS INI TANPA SEPENGETAHUAN DARI :
Share|
© 2011 WWW.SDNSIKALONDANG.UIWAP.COM